Indonesian Food and Forage

Tuesday, August 11, 2015

Satu Tambah Satu Tidak Sama Dengan Dua

Setelah kita mengikuti sekolah yang begitu pasti, lugu dan sederhana dengan pelajaran matematika, statistik dan menghitung untung rugi, dan jual beli yang sering jadi bahan utama dalam matematika hitung ternyata semuanya gak bener. Mengapa gak bener coba baca dan pelajari contoh contoh berikut dibawah, bahwa satu ditambah satu tidak sama dengan dua.



Bapak waskito mencoba membeli truk baru dengan cicilan Rp. 15 juta per bulan, setelah dijalankan dia mendapat keuntungan rutin tiap bulannya bisa Rp. 3 juta sampai kadang 5 juta. Dalam hati berpikir kalau gitu kita bisa pakai truk bekas saja yang murah cicilannya, cuma Rp. 10 Juta, dia menghitung keuntungan bisa 8 juta sampai 20 juta per bulan kan cicilannya murah. Dalam prakteknya, setiap kali truk dipakai rusak, baru jalan satu rit rusak, bahkan kadang rusak ditengah jalan sedang ada muatannya lagi, malah jadi ngrepotin. Dalam keadaan perbaikan truk bekasnya otomatis gak menghasilkan dan malah menggerogoti keuntungan yang tadinya 3 juta sampai 5 juta per bulan malah jadi minus. Nah kan jadi 1 + 1 tidak sama dengan 2. Anda mungkin berpikir wah itu kan gak sama persis sehingga sebenernya gak 1 + 1, tapi sekarang lihat contoh yang lain.

Pak Bronto usaha penanaman jamur merang, dia menanam jamur merang dengan ukuran kumbung 2.5 m x 3 m dengan 2 rak bertingkat. Setelah ditanami jamur merang pokoknya cerita proses pembuatannya mah panjang jadi gak usah, pak Bronto bisa panen 25 kg. Wah lumayan nih pikirnya, kan harga jamur sekarang Rp. 25 ribu per kgnya jadi dia bisa mengantungi uang Rp. 625.000,- Kemudian dia bikin kumbung yang lebih besar karena biasanya ukuran kumbung jamur itu 4 m x 6 m, bahkan ada yang ukurannya 4 m x 9 m yang katanya bisa panen sampai 1 ton jamur merang dengan 4 tingkat rak. Setalah itu dia coba mulai membuat jamur dengan ukuran kumbung besar 4 x 6 m dengan rak tingkat 4, harapannya dia bisa panen paling sedikit 200 kg. Tentunya dia menggunakan baha baku lebih banyak, bahan bakar lebih banyak, bibit lebih banyak katakanlah 8 kali lipat. Tapi gak 8 kali lipat pas karena bahannya kekurangan ukurannya sih jadi berlipat lipat. Ceritanya setelah panen kok hasilnya cuma 30 kg, lho kok gagal ya, bahkan pada waktu lain pak Bronto bahkan gak panen sama sekali. Lho kan jadi 1 + 1 tidak sama dengan 2.

Masih belum yakin, pak Ridwan lebih parah lagi dia mencoba menanam padi di ember plastik bekas cat 25 kg, dia pernah coba 1 buah butir padi ditanam di ember yang sudah ada media tanamnya, ternyata bisa berbuah menjadi 6000 butir padi. Gila pikirnya jadi 1 butir padi bisa menjadi 6000 butir dalam waktu 3 bulan, ini meningkat menjadi berapa persen coba. Kemudia dia menanam pada 10 ember plastik 25 kg, dan dibiarkan sampai berbuah selama 3 bulan. Setetah mulai berbuah dia mengamati banyak belalang yang datang ya? apa ini dari sawah sebelah terus mampir. Kemudian dia biarkan saja, sampai padi bener bener tua. Setelah itu banyak berdatangan burung burung gereja yang memang biasanya suka datang ke atap gentengnya. Padi sudah mulai menguning dan ternyata banyak yang kopong. Wah kayaknya sudah dimakan belalang pada waktu belum jadi padi. Setelah dia pikir sudah siap petik, mau dipotong padinya, ternyata sudah habis dimakan burung, lenyap dalam 1 hari buah padi dalam 10 ember cat.

No comments: